BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Banyak kondisi patologi yang
mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas tubuh. Abnormalitas postur congenital
atau didapat memengaruhi efisiensi system musculoskeletal, serta kesejajaran,
keseimbangan, dan penampilan tubuh.Selama pengkajian fisik, perawat
mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang gerak abnormalitas postur dapat
menghambat kesejajaran, mobilitas, atau kedua-duanya.
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
Mobilisasi
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,teratur, mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak
atau keterbatasan fisik dari segi anggota badan dan tubuh itusendiri dalam
berputar, duduk, berjalan, hal ini salah satunya disebabkan beradapada posisi
tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Mobilisasi
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu : mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif, yaitu : mobilisasi dimana
pasien dalam menggerakkan tubunya dengan cara dibantu oleh orang lain
secaratotal atau keseluruhan. Mobilisasi
aktif yaitu :
dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara
mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Mobilisasi secara tahap demi tahap
sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis
mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia merasa mulai
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi inihaus diterangkan pada pasien atau
keluarga yang menunggui. Pasien dan keluar keluarga akan dapat mengetahui
manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalampelaksanaan mobilisasi. Salah satu posisi
mobilisasi yang akan dibahas pada
makalah ini adalah posisi supinasi
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu pengaturan
posisi pasien?
2.
Apa pengertian posisi supinasi?
3.
Apa tujuan posisi supinasi?
4.
Bagaimana prosedur pelaksanaannya?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu pengaturan posisi pasien
2. Untuk
mengetahui pengertian tentang posisi supinasi
3. Untuk
mengetahui tujuan dari posisi supinasi
4. Untuk
mengetahui prosedur pelaksanaannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengaturan Posisi Pasien
Posturing
/ mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan
mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek
keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu
apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry,2005)
Tujuan
merubah posisi
1. Mencegah
nyeri otot
2. Mengurangi
tekanan
3. Mencegah
kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4. Mencegah
kontraktur otot
5. Mempertahankan
tonus otot dan reflek
6. Memudahkan
suatu tindakan baik medic maupun keperawatan
B.
Posisi
Supinasi
Posisi
supinasi adalah posisi pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.
C.
Tujuan
dari posisi supinasi
1.
Meningkatkan kenyamanan pasien
2.
Memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien
pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
3.
Untuk pasien pasca operasi dengan
anestesu spinal.
4.
Mengatasi masalah yang timbul akibat
pemberian posisi yang tidak tepat
D. Alat dan Prosedur Pelaksanaan
Dalam melakukan
prosedur pelaksanaan ada alat yang harus dipersiapkan guna membantu pasien
dalam melakukan posisi supinasi. Adapun alat yang digunakan yaitu :
Persiapan Alat :
1.
Tempat tidur
2.
Bantal
3.
Gulungan handuk
4.
Bantalan kaki
5.
Handscoen (jika diperkukan)
Prosedur Pelaksanaan
1.
Pastikan kebutuhan klien akan tindakan
posisi supinasi
2.
Persiapan klien
Informasikan kepada klien tentang tujuan
dan prosedur yang akan dilakukan.
3.
Persiapan lingkungan
·
Tutup gorden / pasang sampiran.
·
Dekatkan alat-alat.
4.
Cuci tangan, gunakan
handscoen (jika perlu).
5.
Baringkan klien terlentang mendatar di
tengah tempat tidur.
6.
Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu
klien.
7.
Letakkan bantal kecil di bawah punggung
pada kurva lumbar, jika terdapat cela disana.
8.
Letakkan bantal di bawah kaki, mulai
dari lutut sampai tumit.
9.
Topang telapak kaki klien dengan
menggunakan bantalan kaki.
10.
Jika klien sadar atau mengalami
paralisis ekstrimitas atas,elevasikan tangan dan lengan bawah dengan
menggunakan bantal.
11.
Lepaskan sarung tangan.
12.
Cuci tangan.
13.
Evaluasi respon klien dan
dokumentasikan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
permasalahan dan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Posturing / mengatur dan merubah posisi
adalah mengatur pasien dalam posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan
sistematik. (potter dan perry,2005).
2. Prosedur
pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien berbeda-beda antara pengaturan posisi
pasien yang satu dengan yang lain.
B. Saran
Saran
yang dapat disampaikan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Sebagai
seorang perawat dapat memahami dengan benar prosedur pelaksanaan pengaturan posisi
pasien kepada kliennya.
2. Sebagai
seorang perawat dapat melakukan prosedur pelaksanaan pengaturan posisi pasien
kepada kliennya dalam praktik keperawatannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hay, Nurur. 2014. “Pengaturan Posisi Pasien”. http://nururhay.blogspot.sg/2014/09/pengaturan-posisi-pasien_98.html. diakses 31 Mei 2016.
Elfin,
Perry, Potter, 2000. Nursing Internention And Clinical Skills Second Edition,
St Louis, Missauri. Mosby. Inc.
Kozier, Barbara, 1995.
Fundamental Of Nursing, California, Addison – Weskey Publishing Company Company
Concepts, Process And Practice.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar