Rabu, 29 Maret 2017

penyakit jantung bawaan



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. di INDONESIA,prevalensi penyakit jantung bawaan sekitar 8-10 dari 1000 kelahiran hidup,dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun pertama,kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian. Di Indonesia, dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita PJB.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di mana kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyebab PJB sendiri sebagian besar tidak diketahui, namun beberapa kelainan  genetik seperti sindroma Down dan infeksi Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan ibu berhubungan dengan kejadian PJB tertentu.
Secara umum terdapat 2 kelompok besar PJB yaitu PJB sianotik dan PJB  asianotik. PJB sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks  dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sementara PJB asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di ntaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. 

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian penyakit jantung bawaan?
2.         Bagaimana etiologi penyakit jantung bawaan?
3.         Bagaimana patofisiologi penyakit jantung bawaan?
4.         Bagaimana penataan medis penyakit jantung bawaan?
5.         Bagaimana asuhan keperawatan penyakit jantung bawaan?

C.       Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung bawaan
2.    Bagaimana etiologi penyakit jantung bawaan
3.    Bagaimana patofisiologi penyakit jantung bawaan
4.    Bagaimana penataan medis penyakit jantung bawaan
5.    Bagaimana asuhan keperawatan penyakit jantung bawaan



BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian
Penyakit jantung bawaan merupakan penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir.
Penyakit ini ditemukan pada bayi dan anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meniinggal pada waktu bayi. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa (Panggabean & Harun, 1999).

B.       Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian kelainan-kelainan jantung bawaan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.         Faktor prenatal:
a.         Penyakit rubella
b.        Alkoholisme
c.         Umur ibu lebih dari 40 tahun
d.        Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
2.         Faktor genetik:
a.         Kelainan jantung pada anak yang lahir sebelumnya.
b.        Ayah atau ibu menderita penykit jantung bawaan.
c.         Kelainan kromosom, seperti sindroma Down.
d.        Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Selain itu penyebab enyakit Klep Kelahiran. Kebanyakan mempengaruhi klep aortic atau klep pulmonic. Klep-klep mungkin ukurannya salah, mempunyai bentuk kelopak yang aneh atau mempunyai kelopak yang tidak secara benar menempel di annulus.
Bicuspid aortic valve disease. Adalah penyakit klep bawaan (genital) yang mempengaruhi klep aortic. Bukannya tiga kelopak yang normal atau cusps, tapi bicuspid aortic valve hanya mempunyai dua saja. Tanpa kelopak yang ketiga, klepnya mungkin jadi kaku (tidak membuka dan menutup secara baik) atau bocor (tidak dapat menutup dengan rapat)
Penyakit Klep Yang Didapat. Ini termasuk persoalan yang berkembang dengan klep-klep yang sebelumnya pernah normal. Ini dapat melibatkan perubahan struktur klep disebabkan oleh penyakit atau infeksi yang beragam, termasuk demam rematik (rheumatic fever) atau endocarditis.
Demam Rematik disebabkan oleh infeksi bakteri yang tidak diobati (biasanya leher). Untungnya pengenalan dari antibiotik untuk mengobati infeksi ini telah mengurangi secara drastis jumlah infeksi ini. Infeksi permulaan umumnya terjadi pada anak-anak, namun persoalan jantung yang berhubungan dengan infeksi tidak akan terlihat 20 sampai 40 tahun kemudian. Pada waktu itu, klep jantung meradang, kelopak-kelopaknya menempel satu sama lain dan menjadi kaku, menebal, memendek dan mempunai bekas luka. Ini menyebabkan mitral regurgitation (kebocoran mitral).
Endocarditis terjadi ketika germs, terutama bakteri, masuk kedalam aliran darah dan menyerang klep-klep jantung, menyebabkan penumbuhan dan lubang-lubang di klep-klep dan bekas luka. Ini menyebabkan klep-klep yang bocor. Germs yang menyebabkan endocarditis masuk kedalam aliran darah sewaktu prosedur perawatan gigi, operasi, pemakaian obat atau dengan infeksi yang parah. Orang-orang dengan penyakit klep (kecuali mitral valve prolapse tanpa penebalan atau kebocoran) menghadapi risiko yang meningkat untuk mengembangkan infeksi yang mengancam nyawa ini. Begitu banyak perubahan yang dapat terjadi pada klep-klep jantung. Chordae tendinea atau papillary muscles dapat memuai (memanjang) atau robek; annulus dari klep dapat membesar (melebar) atau kelopak klep dapat menjadi fibrotic (stiff) dan kalsifikasi.
Mitral valve prolapse (MVP) adalah suatu kondisi yang sangat umum dan mempengaruhi sekitar 1 sampai 2 % populasi. MVP menyebabkan kelopak-kelopak dari klep mitral jatuh kembali (flop back) kedalam atrium kiri waktu jantung sedang berkontraksi. MPV juga menyebabkan jaringan klep menjadi abormal dan tertarik (stretchy), menyebabkan klep menjadi bocor. Kondisi ini jarang menyebabkan gejala-gejala dan umumnya tidak memerlukan perawatan.Penyebab-penyebab lainnya dari penyakit klep termasuk: penyakit jantung koroner, serangan jantung,kardiomiopati, syphilis, hipertensi, aneurisme aorta.
Beberapa kelainan jantung  yang paling banyak diderita yang termasuk dalam kategori penyakit kelainan jantung adalah kelainan pada katup balik, kelainan pada katup serambi dan kebocoran pada pembuluh darah balik paru-paru, berikut pembahasannya :
1.    Kelainan katup balik.
Kelainan jantung biasanya ditandai oleh dinding yang memisahkan bilik kanan dan kiri pada jantung tidak selalu tertutup rapat, kadangkala pada dinding pemisah itu terdapat suatu lubang atau celah, hingga penyebabkan tekanan aliran darah yang menuju paru-paru meningkat, hal ini lah yang disebut kelainan jantung bawaan pada katup balik. Gejala kelainan jantung ini tidak spesifik, karena tergantung dari besar kecilnya celah yang terdapat pada katup pemisah bilik tersebut. Semakin besar celah pada katup pemisah, semakin terlihat gelaja penyakit kelainan jantung bawaan yang diderita. Sesak nafas, bibir kebiruan, tidak berselera makan, banyak mengeluarkan keringat dan ada kalanya mengalami infeksi paru-paru yang sering kambuh.
2.    Kelainan katup serambi
Seperti hal nya serambi kanan, serambi kiri jantung juga dipisahkan oleh katup. Dan pada katup ini pun sering terdapat celah yang mengakibatkan aliran darah ke serambi kanan menuju ke serambi kiri jantung menjadi tidak nomal sehingga kelainan jantung bisa terjadi. Pada penyakit kelainan jantung biasanya terlihat dari kelainan pada katup serambi pada umumnya lebih banyak diderita oleh wanita, namun belum dapat dipastikan apakah hal ini terjadi karena faktor genetik yang terkait pada kromosom gender sehingga terjadi penyakit kelainan jantung bawaan.
3.    Kebocoran pada pembuluh arteri paru-paru
Sejak lahir, pembuluh darah dari paru-paru ke aorta yang ada saat bayi dalam kandungan akan menutup dengan sendirinya sesuai dengan perkembangan tumbuh kembang anak, namun sayang nya tidak semua bayi demikian. Ada anak-anak yang pembuluh arteri paru-parunya tidak menutup walaupun makin beranjak dewasa mengakibatkan potensi terkena penyakit jantung sangat mungkin. celah tersebut akan mengalirkan darah di antara pembuluh arteri paru-paru dan aorta sehingga terjadi kelainan jantung bawaan.
Gejala
a.     Sesak nafas
b.    lesu atau pusing
c.     perasaan tidak enak di dada
d.    paliptasi
e.     pembengkakan pada pergelangan kaki atau abdomen,
f.     pertambahan berat yang cepat.
g.    Kegagalan pertumbuhan

C.       Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah  jantung kiri sedangkan yang bertekanan rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sistem sirkulasi sistemik mempunyai tahanan yang tinggi.
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir melalui defek tersebut ke ventrikel kiri  yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis.
Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
1.         Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia
2.         Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap beraktivitas.
3.         Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea
4.         Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis.

D.      Penatalaksanaan Medis
1.         Penatalaksanaan Konservatif
a.         Restriksi cairan dan  bemberian  obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
b.        Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus
c.         Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
2.         Pemeriksaan Diagnostik
a.         Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
b.        Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
c.         Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
d.        Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
e.         Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377)

E.       Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger, Kaji adanya hiperemia pada ujung jari, Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan,Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

  1. Diagnosa Keperawatan
a.    Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
b.    Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
c.    Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
d.   Perubahan pertumbuhan dan perkembangan  tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
e.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
f.     Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.

  1. Intervensi
a.    Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
·      Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
·      Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
·      Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
·      Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
·      Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
·      Berikan diuretik sesuai indikasi.
·      Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
·      Monitor kualitas dan irama pernafasan
·      Atur posisi anak dengan posisi fowler
·      Hindari anak dari orang yang terinfeksi
·      Berikan istirahat yang cukup
·      Berikan nutrisi yang optimal
·      Berikan oksigen jika ada indikasi
b.    Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
·      Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
·      Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
·      Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
·      Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
·      Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
·      Memberikan support untuk tumbuh kembang
·      Kaji tingkat tumbuh kembang anak
·      Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
·      Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
·      Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai
·      Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
·      Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
·      Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
·      Catat intake dan output secara benar
·      Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makanAnak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi
·      Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
·      Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
·      Berikan istirahat yang adekuat
·      Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
·      Memberikan support pada orang tua

c.    Hal Yang Diharapkan
·      Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
·      Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
·      Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
·      Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
·      Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
·      Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
·      Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
d.    Perencanaan Pemulangan
·            Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
·            Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
·            Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
·            Teknik pemberian obat
·            Teknik pemberian makanan
·            Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.


BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat saya ambil kesimpulan, bahwasannya gagaljantung merupakan penyakit degeneratif yang cukup banyak ditemukan dari segala jenis usia mulai dari masa neonatus, bayi, anak-anak sampai dewasa lansia. Yang dari seluruhnya disebabkan karena faktor pola hidup yang tidak sehat cenderung menkonsumsi makanan yang berakibat memberatkan kerja jantung. Komplikasi yang dialami para bayi juga berakibat fatal yang dapatmenyebabkan angka morbidibitas dan mortalitas meningkat, maka diperlukan adanya perawatan khusus bagi bayi penderita kelainan jantung

B.       Saran
Perlunya penyuluhan khusus kepada masyarakat tentang penyakit ini juga dirasa cukup penting, agar kasus yang terjadi dapat ditanggulangi. Kepada ibu hamil yang diharapkan dapat memberikan ASI eksklusif guna pemaksimalan imunitas anak agar terhindar dari penyakit  pada anak-anak dan balita, juga pencegahannya dengan menjaga janin pada masa kehamilan dan tidak mengkonsumsi rokok, alkohol maupun bahan makanan yang kiranya berdampak pada jantung ibu dan janin yang akan dilahirkannya nanti.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman N. 1987. Gagal Jantung dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Balai penerbit FKUI. Jakarta. Hal 193 – 204

Kabo P, Karim S. 1996. Gagal Jantung Kongestif. Dalam : EKG dan penanggulangan beberapa penyakit jantung untuk dokter umum. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 187 – 205

Mappahya, A.A. 2004. Dari Hipertensi Ke Gagal Jantung. Pendidikan Profesional

Berkelanjutan Seri II. FKUH. Makassar. 2004. Oesman I.N, 1994. Gagal Jantung. Dalam: Buku ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal 425 – 441

Ontoseno T. 2005.Gagal Jantung Kongestif dan Penatalaksanaannya pada Anak. Simposium nasional perinatologi dan pediatric gawat darurat. IDAI Kal-Sel. Banjarmasin. Hal 89 – 103

Price, Sylvia A 1994. Gangguan Fungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi.Dalam : Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC. Jakarta. 582 – 593

Sibuea Herdin W, Marulam Panggabean, et al. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar