POLISITEMIA
A.
Definisi
Polisitemia
berasal dari bahasa Yunani yaitu poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah).
Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi akibat
pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang, yang
mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang
mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapilar tertutup. Orang
dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel
darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya
melebihi 18 g/dl.
Sel darah
tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang, seperti tulang
paha. Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah
baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati.
Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab dan
menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah
lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
B.
Etiologi
Sebagai suatu
penyakit neoplastik yang berkembang lambat, polisitemia terjadi karena sebagian
populasi eritrosit berasal dari satu klon induk yang abnormal. Berbeda dengan
keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan
eritropoetin untuk proses pematangannya (eritropoetin serum, 4 mU/mL). Hal ini
jelas membedakannya dari eritrositosis atau polisitemia sekunder dimana
eritropoetin tersebut meningkta secara fisiologis (wajar sebagai kompensasi
atas kebutuhan oksigen yang meningkat), biasanya pada keadaan dengan saturasi
oksigen arteiral rendah atau eritropoetin tersebut meningkat secara non
fisiologis (tidak wajar) pada sindrom paraneoplastik manifestasi neoplasma lain
yang mensekresi eritropoetin.
Di dalam
sirkulasi darah tepi pasien polisitemia vera didpati peninggian konsentrasi
eritrosit terhadap plasma, dapat tercapai. 49% pada wanita (kadar Hb 16 mg/dL)
dan 52% pada pria (kadar Hb . 17 mg/dL), serta didapati pula peningkatan jumlah
total eritrosit (hitung eritrosit >6 juta/mL). Kelainan ini terjadi pada
populasi klonal sel induk darah (sterm cell) sehingga seringkali terjadi juga
produksi leukosit dan trombosit yang berlebihan.
Faktor
yang dapat mempengaruhi polisitemia antara lain faktor predisposisi :
a.
Umur.
Menurut, Paru, dan Darah
Institute, National Heart polycythemia lidah lebih sering terjadi pada orang
dewasa yang lebih tua dari 60. Ini jarang terjadi pada orang muda dari 20.
b.
Sex lidah polisitemia
Mempengaruhi laki-laki
lebih sering daripada wanita.
c.
Sejarah keluarga.
Dalam beberapa kasus, polisitemia vera tampaknya berjalan dalam
keluarga, menunjukkan bahwa faktor genetik lain selain JAK2 dapat menyebabkan
penyakit.
Klasifikasi polisitemia ada 3 jenis utama
polisitemia yaitu :
a.
Polisitemia Vera (Polisitemia Primer)
Polisitemia Vera lebih
serius dan dapat mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder.
Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia
primer ( polisitemia vera) ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit dan
granulosit serta sel darah merah, dan dan diyakini sebagai awal terjadinya
abnormalitas Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang
berbeda-beda. Polisitemia primer ( polisitemia vera) ditandai dengan
peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta sel darah merah, dan dan
diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas Polisitemia vera (yang secara
harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga dikenal
sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak
disebabkan oleh gangguan lain Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah
merah adalah karena masalah yang melekat.
Tanda dan Gejala
Pada tahap awal,
polisitemia vera biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, seiring
dengan proses bertambah banyaknya sel darah merah, ada beberapa gejala yang
bisa dikenali seperti :
a)
Sakit kepala
b)
Kepala serasa berputar
c)
Gatal-gatal, terutama ketika sedang mandi air panas
d)
Muncul tanda merah pada kulit
e)
Susah bernafas atau nafas pendek-pendek
f)
Susah bernafas, terutama ketika sedang dalam posisi berbaring
g)
Sakit pada dada
h)
Perasaan terbakar atau lemas dibagian tangan, kaki, atau
lengan
i)
Susah bicara secara mendadak. Ini bisa jadi akibat pembuluh
darah ke otak sudah tersumbat, sehingga mengakibatkan stroke.
j)
Penglihatan terganggu/ganda
k)
Gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh.
b.
Polisitemia Sekunder
Polisitemia sekunder:
polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain
atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal
atau sindroma Cushing.
c.
Polisitemia Relatif (‘stres’)
Polisitemia ‘stres’ atau
pseudo-polisitemia, adalah akibat penyusutan volume plasma. Volume sel darah
total normal. Keadaan ini lebih umum dari polisitemia vera. Paling banyak
terjadi khusus pada laki-laki umur pertengahan dan dapat disertai oleh problem
kardivaskular, misalnya ikshemia miokard atau TIA (transient ischaemic attacks)
otak. Jika bersamaan dengan hipertensi ini dinamakan sindroma Gaisbock. Terapi
deuritik dan merokok berat sering bersamaan. Nilai setiap bentuk pengobatan
khusus belum ditentukan tetapi percobaan demngan venaseksi berulang dengan atau
tanpa pergantian plasma sedang dikembangkan
Berikut adalah
Gambaran hapusan darah tepi pada polisitemia


Darah Normal Darah Polisitemia
C.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang
biasanya muncul pada polisitemia adalah sebagai berikut :
1.
Muka kemerah-merahan (pletora), gambaran pembuluh darah di
kulit atau selaput lendir, dan kongjungtiva hiperemia sebagai akibat
peningkatan massa eritrosit.
2.
Hiperviskositas yang menyebabkan penurunan aliran darah,
sehingga terjadi hipoksia jaringan dengan manifestasi klinik: sakit kepala,
dizziness, vertigo, tinnitus, gangguan penglihatan, stroke, angina pektoris,
infark miokardium, dan klaudikasio.
3.
Perdarahan (10-20% penderita): epistaksis, perdarahan traktus
gastrointestinal (ulkus peptikum), serta abnormalitas faktor pembekuan V dan
XII.
4.
Trombosis arteri dan vena: gangguan serebrovaskular, infark
miokardium, infark paru-paru, trombosis vena mesentrika, hepatika, dan deep
vein thrombosis.
5.
Splenomegali.
6.
Hepatomegali.

D.
Patofisiologi
![]() |
||||||||||||||
![]() |
|
|||||||||||||
|
||||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||
![]() |
||||||||||||||
![]() |


|
|
![]() |
|||
![]() |
|||
E.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Eritrosit
Peningkatan >6 juta/mL,
dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom, normositik kecuali jika terdapat
transisi kea rah metaplasia mieloid.
b.
Granulosit
Meningkat pada 2/3 kasus
polisitemia, berkisar antara 12-25.000 /mL tetapi dapat sampai 60.000/mL.
c.
Trombosit
Berkisaran antara 450-800
ribu/mL, bahkan dapat . 1 juta/mL sering didapatkan dengan morfologi trombosit
yang abnormal.
d.
B12 serum
B12 serum dapat meningkat
pada 35% kasus, tetapi dapat pula menurun, pada ± 30% kasus, dan UBBC meningkat
pada > 75% kasus polisitemia.
e.
Pemeriksaan Sumsum Tulang (SST)
Pemeriksaan ini tidak
diperlukan untuk diagnostik kecuali bila ada kecurigaan penyakit mieloproliferatif.
Sitologi SST menunjukkan peningkatan selularitas.
f.
Peningkatan Hemoglobin berkisar 18-24 gr/dl.
g.
Peningkatan Hematokrit dapat mencapai > 60%.
h.
Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal.
i.
UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity) meningkat 75 %
penderita.
j.
Serum eritropoitin
Pada Polisitemia vera
serum eritropoitin menurut atau normal sedangkan pada polisitemia sekunder
serum eritropoitin meningkat
F.
Penatalaksanaan
- Menurunkan vikositas darah sampai ketingkat normal pada indivudu dan eritropoesis dengan flebotomi.
- Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrosik/ polisitemia yang belum terkendali.
- Menghindari pengobatan berlebihan (over treament).
- Menghindari obat yang matagenik, teragenik, dan berefek strelisasi pada pasien muda.
- Mengontrol pahmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu dan kemoterapi sitotastik pada pasien diatas 40 tahun bila didapatkan
v Trombositosis persisten di
atas 800.000/ml terutama jika disertai gejala thrombosis
v Leukositosis progresif
v Splenomegali yang
sistomatik/ menimbulkan sitopenia problematic.
v Gejala sistemis yang tidak
terkendali seperti pruritus( gatal- gatal) yang sukar terkendali, penurunan
berat badan
DAFTAR PUSTAKA
Mosby
Elsevier. 2008. Nursing Outcomes Clasification (NOC). USA.
Mosby
Elsevier. 2008. Nursing Interventions Clasification (NIC). USA.
NANDA – I.
2011. Diagnosis keperawatan. EGC. Jakarta.
Handayani,wiwik.Andi
Sulistyo W.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan PadaKlien dengan Gangguan
Sistem Hematologi.Salemba Medika:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar