ANATOMI FISIOLOGI
HEMATOLOGI
Karakteristik
1.
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya
(elemen pembentuk) tertahan dan di bawa dalam matriks cairan (plasma).
2.
Darah lebih
berat dibandingkan dengan air dan lebih ketal. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta Ph 7.4 (7.35-7.45).
3.
Warna darah
bervariasi dan merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar
oksigen yang dibawa ke sel darah merah.
4.
Volume darah
tetap sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang
sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh
dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan edukosa dalam tubuh. Volume ini
juga bervariasi dengan perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
Komposisi
Darah
terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari
darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau
volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47.
Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan
darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak
dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit
mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan
dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit
menderita penyakit anemia.
Trombosit bertanggung jawab dalam
proses pembekuan darah.
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang
tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan
leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum
darah atau plasma terdiri atas:
3.
Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll)
·
albumin
·
bahan pembeku darah
·
hormon
Struktur sel darah :
1. Air :
91%
2. Protein :
3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen).
3. Mineral :
0,9%
(Natrium klorida,natrium bikarbonat,
garam posfat, magnesium, kalsium dan zat besi).
4. Bahan
organik : 0,1%
( Glukosa, lemak, asam urat, kreatinin
kolesterol dan asam amino).
(Dr. Syaifuddin, 1992).
Fungsi Sel Darah dan Plasma Darah Pada Tubuh Manusia.
Plasma darah
adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma.
Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organic dan
zat anorganik. Di dalam plasma darah terlarut berbagai macam zat. Di
antara zat-zat tersebut ada yang masih berguna dan adapula yang tidak berguna.
Beberapa zat tersebut antara lain seperti berikut.
a.
Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa,
gliserin, asam amino, asam lemak, kolesterol, dan garam mineral.
b.
Zat hasil produksi dari sel-sel, antara
lain enzim, hormon, dan antibodi.
c.
Protein,
Protein dalam plasma darah terdiri atas:
1)
antiheofilik berguna mencegah anemia;
2)
Tromboplastin berguna dalam proses pembekuan darah;
3)
protrombin mempunyai peranan penting dalam pembekuan
darah;
4)
fibrinogen mempunyai peranan penting dalam pembekuan
darah;
5)
albumin mempunyai peranan penting untuk memelihara
tekanan osmotik darah;
6)
gammaglobulin berguna dalam senyawa antibodi.
d.
Karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.
Protein plasma mencapai 7% plasma
dan merupakan satu-satunya unsure pokok plasma yang tidak dapat menembus
membrane kapilar untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma:
·
Albumin adalah
protein plasma yang terbanyak, sekitar 55-60%. Albumin disintesiskan dalam hati
dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotic koloid darah.
·
Koloid, adalah
zat yang berdiameter 1Nm – 100Nm, sedangkan kristaloid adalah zat yang
berdiameter kurang dari 1 Nm. Plasma mengandung koloid dan kristaloid. Tekanan osmotic koloid atau tekanan onkotik, ditentukan berdasarkan jumlah
partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan ukuran ‘daya tarik’
plasma terhadap difusi air dan cairan ekstraseluler yang melewati membrane
kapilar.
·
Globulin
membentuk sekitar 30% protein plasma.
α dan β globulin disintesiskan dihati, dengan fungsi
utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone berguna sebagai substrat,
dan zat penting tubuh lainnya. Gamma globulin adalah antibody. Ada 5 jenis
immunoglobulin yang diproduksi jaringan limpoid dan berfungsi dalam imunitas.
·
Fibrinogen
membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan erupakan komponen esensial
dalam mekanisme pembekuan darah.
Plasma juga mengandung nutrient, gas darah, elektrolit, mineral, hormone,
vitamin dan zat-zat sisa.
1)
Nutrien meliputi asam amino, gula dan lipid yang
diabsorbsi dari saluran pencernaan.
2)
Gas Darah meliputi oksigen, karbondioksida dan
nitrogen
3)
Elektrolit plasma meliputi ion natrium,
kalium,magnesium, klorida, kalsium, bikarbonat, fosfat dan ion sulfat.
Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah
(eritrosit),sel darah putih (leukosit) dan trombosit.
Eritrosit atau
Sel Darah Merah
Karakteristik
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Terbungkus dalam membran sel dengan
permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan
eritrosit menembus kapilar (pembuluh darah terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Fungsi hemoglobin itu sendiri
yaitu jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung
dengan rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin. Danhemoglobin
berikatan denganCO2 dibagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin
yang terbentuk hanya memakai 20% CO2 yang terkandung dalam
darah, 80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
Fungsi
Eritrosit
1. Mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin
terhadap oksigen.
2. Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
3. mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Leukosit atau
Sel Darah Putih
Leukosit
dibagi dalam 2 kategori, granulosit dan sel mononuclear (agranulosit).
Dalam darah normal, jumlah total leukosit adalah 5.000 sampai 10.000 sel per mm3.
Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan 40% sel mononuclear.
Granulosit. Diameter granulosit biasanya sampai tiga kali
eritrosit. Granulosit dibagi dalam tiga sub pengikat warna. Eosinofil, memiliki
memiliki granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya; Basofil, berwarna
biru; dan Netrofil, memiliki granula berwarna ungu pucat.
Leukosit Mononuklear (Agranulosit), adalah sel darah putih dengan inti
satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Dalam darah orang dewasa normal,
limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit sekitar 5% dalam total leukosit. Limfosit
matang adalah sel kecil dengan sitoplasma sedikit. Diproduksi terutama oleh
nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus dari sel
prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Monosit adalah leukosit
terbesar. Diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit
jaringan, termasuk sel kupfer di hati, makrofag peritoneal, makrovag alveolar,
dan komponen lain sistem retikuloendotileal.
Fungsi Leukosit
Melindungi tubuh terhadap invasi bakteri
atau benda asing lainnya. Fungsi utama netrofilik PMN adalah memakan benda
asing (fagositosis). Fungsi limfosit terutama menghasilkan subtansi yang
membantu penyerangan benda asing. Sekelompok limfosit (limfosit T) membunuh sel
secara langsung atau menghsilkan berbagai limfokin, suatu subtansi yang
memperkuat aktifitas sel fagositik. Sekelompok limfosit lainnya (limfosit B)
menghasilkan antibody, suatu molekul protein yang akan menghancurkan benda
asing dengan berbagai mekanisme.
Eosinofil dan basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material
biologis kuat seperti histamine, serotim, dan heparin. Pelepasan senyawa
tersebut mempengaruhi suplai darah ke jaringan, seperti yang terjadi selama
peradangan, dan membantu memobilisasi mekanisme pertahanan tubuh. Peningkatan
jumlah eosinofil pada keadaan alergi menunjukan bahwa sel ini terlibat dalam
reaksi hipersensitifitas
NILAI DAN UKURAN NORMAL KOMPONEN
DARAH MANUSIA.
Nilai dan
ukuran normal komponen darah manusia
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira
1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada
tiap-tiap orang tidak sama, tergantung kepada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah. (Dr. Syaifuddin, 1992).
Nilai-nilai sel darah dewasa normal :
1.
Sel darah
merah : 4,2 - 6,2
juta per ml darah
2.
Sel darah
putih :
5000 - 10.000 juta per ml darah
3.
Trombosit :
140.000 - 340.00 per ml darah
4.
Hematokrit (% sel darah merah) : 45-52% untuk pria;
36-48% untuk wanita
5.
Hemoglobin : 14,0-17,4 gram per 100ml untuk pria;
12,0-16,0 gram per 100ml untuk wanita. (Elizabeth J Corwin, 2001).
Sel-Sel Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia.
Sel darah merah
Sel darah merah atau yang disebut eritrosit berasal
dari bahasa yunani, yaitu erythros berarti merah dan krytos yang berarti
selubung/sel. Sel ini tidak memiliki intisel, mitokondria, atau
ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau
pembentukan protein. Sel darah merah mengandung protein hemoglobin yang
mengangkut sebagian besar oksigen yang diambil di paru ke sel-sel diseluruh
tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar ruang intrasel eritrosit. Sel darah
matang dikeluarkan dari sum-sum tulang dan hidup sekitar 120 hari untuk
kemudian mengalami disintegrasi dan mati. Sel-sel darah merah yang mati diganti
oleh sel-sel baru yang dihasilkan oleh sumsul tulang. (Elizabeth J Corwin,
2001)
Anemia
Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan
hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah
sel darah merah tetap normal. Tetapi jumlah hemoglobinnya sub normal. Karena
kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang. Maka individu akan terlihat
pucat atau kurang tenaga.
Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya darah
yang terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat atau
dapat disebut dengan kekurangan hemoglobin (Hb). Hb
adalah protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari
paru ke bagian tubuh yang lain.
Anemia menyebabkan kelelahan, sesak napas dan
kepusingan.Orang dengan anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang
dengan tingkat Hb yang wajar.Mereka merasa lebih sulit untuk bekerja.Artinya mutu
hidupnya lebih rendah.
Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar
dokter sepakat bahwa tingkat Hb di bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat.
Tingkat Hb yang normal adalah sedikitnya 12 untuk perempuan dan 14 untuk
laki-laki.
Secara keseluruhan, perempuan mempunyai tingkat Hb
yang lebih rendah dibandingkan laki-laki.Begitu juga dengan orang yang sangat
tua atau sangat muda.
a.
Penyebab umum dari anemia:
·
Perdarahan hebat
·
Akut (mendadak)
·
Kecelakaan
·
Pembedahan
·
Persalinan
·
Kronik (menahun)
·
Perdarahan hidung
·
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
·
Penyakit kronik
·
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
·
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
·
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
·
Sferositosis herediter
·
Elliptositosis herediter
b.
Gejala
Gejala-gejala
yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi.Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
c.
Diagnosa
Pemeriksaan
darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam
volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu
contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung
jenis darah komplit (CBC/complete blood count).
d.
Macam-macam anemia
1)
Anemia Hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan
plasma yg hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel
darah merah yang tetap rendah. Sel darah merah akan kembali normal dalam waktu
3-6 minggu
2)
Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi
sehingga produksi sel darah merah terhambat.Dapat dikarenakan oleh radiasi
sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan, bahan2 kimia
tertentu, obat2an atau pada orang2 dengan keganasan.
3)
Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik (terdapat pada mukosa lambung)
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah
merah. Bila salah satu faktor di atas tidak ada maka produksi eritroblas dalam
sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar
dengan bentuk yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah pecah ciri_ciri ini
disebut sebagai Megaloblas.
Dapat terjadi pada:
1) Atropi
mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu)
2) Gastrektomi total (hilangnya faktor
intrinsik)
3) Sariawan
usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang
4) Anemia
Hemolitik
Sel darah
merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek
(biasanya ada faktor keturunan)
Contoh :
1.
Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis,
tidak mempunyai struktur bikonkaf yg elastis (mudah sobek)
2.
Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat
dan Amerika sel2nya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila
terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap menjadi
kristal2 panjang di dalam sel darah merah.. sehingga sel darah
merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb
merusak membran sel. Tekanan O2 jaringan yg rendah menghasilkan
bentuk sabit dan mudah sobek.Penurunan tekanan O2 lebih lanjut
membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat
hebat.
3.
Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang
memiliki janin Rh(+).. pada saat kehamilah pertama setelah ibu terpapar darah
janin maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh(+),
sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi,
dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.
4.
Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat2an
5) Nutrional
Anemia
Anemia
defisiensi besi (Fe). Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan
atau gangguan absorbsi GI track)
6) Anemia
Pernisiosa
Vitamin B12
penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel.
Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12
dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan
karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.
7) Renal Anemia
Terjadi
karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
Polisitemia
Adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan
peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui
pembuluh darahterhalang dan aliran kapilat dapat tertutup.
1.
Polisitemia kompensatori (sekunder)
Dapat
terjadi akibat hipoksia ( kekurangan oksigen ) karena hal berikut ini:
a. Kediaman
permanen di dataran tinggi
b. Aktifitas
fisik berkepanjangan
c. Penyakit
paru atau jantung
2.
Polisitemia Vera
Adalah gangguan pada sistem tulang (
Ethel Sloane, 2003)
Leukosit, Granulosit, Makrofag,
Monosit, dan Inflamasi.
Leukosit
(Sel darah putih).
·
Sel darah putih atau leukosit adalah sel darah yang
membentuk komponen darah yang berada di plasma darah .
·
Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagaibagian dari sistem kekebalan
tubuh.
·
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti,dapat
bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler diapedesis
sehingga jika ada kuman yang keluar dari pembuluh bisa ditangkapnya
·
Normalnya kita memiliki 6000 hingga 9000 sel
darah putih dalam satu mili liter
·
Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat
hingga 50. 000 sel per tetes.
Jika terjadi kekurangan atau dibawah
normal kita sebut Leukopenia , dan tentu jika terjadi banyak infeksi di tubuh
jumlahnya akan menigkat sesuai apa yang diperlukan agar tubuh optimal
Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu:
AGRANULOSIT :
Leucocyt yang tidak bergranula / berbutir : Lymposit dan Monosit
GRANULOSI : Leucocyt yang
bergranulla berbutir butir /granule : Basofil , Eosinofil dan Neutrofil.
Granulosit
Jumlahnya hampir 75% dariseluruh
leukosit, plasmanya mengandung granula (butir-butir halus), dibuat didalam
sumsum merah oleh jaringan retikulo endotelium.Granulosit merupakan sel
fagosit, memakan benda asing, terutama bakteri.Oleh karena itu, granulosit
dapat menembus dinding kapiler, disebut diapedesis serta masuk ke
jaringan-jaringan. Apabila terjadi luka, granulosit akan berkumpul pada luka
untuk memakan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.Granulosit yang mati akan
berkumpul berupa nanah. Macam-macam sel yang terdapat kedalam tipe granulosit
antara lain :
1.
Neutrofil
Ciri-ciri : Plasma bersifat netral bentuk
bermacam-macam, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 3.000 – 7.000
Jumlah (sel/mm3) : 3.000 – 7.000
Tempat pembentukan : Jaringan Limfoid , kelenjar limfa
Masa Hidup : 6 jam – beberapa hari
Fungsi : Memfagosit / memakan bakteri
2.
Eosinofil
Ciri-ciri : Bersifat asam, berbintik kemerahan, jumlah
meningkat selama terjadi infeksi
Jumlah (sel/mm3) :100 – 400
Jumlah (sel/mm3) :100 – 400
Tempat Pembentukan : sumsum tulang
Fungsi : mencegah alergi, menghancurkan
antigen-antibodi
Masa Hidup : 8 – 12 Hari
3.
Basofil
Ciri-ciri : Bersifat basa, berwarna kebiruan, bersifat
fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 20 – 50
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa jam – beberapa hari
Fungsi : Melepaskan zat pencegah alergi, mengandung
heparin (zat anti koagulan)
Agranulosit
Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran),
intinya relative besar, jumlahnya ±25%. Macam-macam sel darah putih yang
termasuk kedalam tipe agranulosit antara lain:
1.
Limfosit
Ciri-ciri : Berinti satu, tidak dapat bergerak bebas,
berwarna biru pucat
Jumlah (sel/mm3) : 1.500 – 3.000
Jumlah (sel/mm3) : 1.500 – 3.000
Tempat Pembentukan : Limfa dan tulang
Masa Hidup : Beberapa jam – beberapa tahun
Fungsi : Mengaktifkan system kekebalan
2.
Monosit
Ciri-ciri : Berinti satu berukuran besar, berbentuk
bulat panjang, dapat bergerak cepat, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 100 – 700
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang\
Masa Hidup : Beberapa Bulan
Fungsi : Fagositosit, berkembang menjadi makrofag.
Makrofag
Makrofag
adalah sel darah putih besar yang merupakan bagian penting dari sistem
kekebalan tubuh kita. Kata makrofag secara harfiah berarti ‘pemakan besar. “Ini
adalah organisme seperti amoeba, dan tugasnya adalah untuk membersihkan tubuh
kita dari puing-puing mikroskopis dan penyerang. Makrofag memiliki kemampuan
untuk mencari dan ‘makan’ partikel seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Makrofag
yang lahir dari sel-sel darah putih yang disebut monosit,
yang diproduksi oleh sel-sel induk dalam sumsum tulang kita. Monosit bergerak
melalui aliran darah, dan ketika mereka meninggalkan darah, mereka tumbuh
menjadi makrofag. Mereka tinggal selama berbulan-bulan, berpatroli sel dan
organ tubuh kita dan menjaga mereka bersih.
Fungsi sebuah
makrofag
Makrofag
menyelesaikan tugas pembersihan yang sedang berjalan dengan menelan partikel
yang tidak diinginkan dan ‘memakan’ mereka. Seperti disebutkan sebelumnya,
makrofag adalah sel sejenis amuba. Bayangkan sebuah gumpalan-seperti jelly
mengalir bersama, sekitar mangsanya, dan menelannya. Ini pada dasarnya adalah
bagaimana makrofag bekerja. Tapi mari kita lihat lebih dekat pada proses yang sebenarnya.
Makrofag
menggunakan proses yang disebut fagositosis untuk
menghancurkan dan menyingkirkan partikel yang tidak diinginkan dalam tubuh.
Fagositosis secara harfiah berarti sel ‘makan.’ Proses ini bekerja seperti ini:
karena makrofag menelan partikel, kantongnya disebut fagosom terbentuk di
sekitarnya. Kemudian, enzim yang dilepaskan ke fagosom oleh organel dalam
makrofag disebut lisosom. Sama
seperti enzim dalam perut kita sendiri dilepaskan untuk mencerna makanan kita,
enzim yang dikeluarkan oleh lisosom mencerna partikel. Puing-puing yang
tersisa, atau apa yang tersisa dari partikel, keluar dari makrofag yang akan
diserap kembali ke dalam tubuh.
Makrofag
membersihkan berbagai benda asing yang tidak diinginkan. Seperti tukang pukul
di sebuah klub malam, ini pembela besar menyelesaikan pekerjaan. Bakteri,
virus, jamur, dan parasit adalah beberapa contoh dari penyerbu yang
ditargetkan. Meskipun tubuh kita memiliki hambatan di tempat seperti kulit kita
dan selaput lendir yang terus keluar banyak mikroorganisme ini, mereka masih
bisa masuk ke dalam tubuh kita. Namun, setiap pelaku luar yang tidak bisa masuk
dengan cepat dihadapkan oleh sel-sel pembersihan yang super.
Aspek lain
yang menarik dari makrofag adalah kemampuannya untuk mengetahui mana sel-sel
untuk menghancurkan dan mana yang harus meninggalkan sendirian. Sehat, sel-sel
hidup dalam tubuh kita memiliki satu set tertentu protein pada membran luar
mereka. Mereka adalah tanda dasarnya ID untuk sel-sel kita. Ini adalah
bagaimana sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel kita sendiri dibandingkan
benda asing.
Meskipun
makrofag tidak membedakan antara berbagai jenis bakteri, virus, atau pihak luar
lainnya, mereka mengetahui bahwa partikel-partikel tersebut tidak termasuk
dalam tubuh dengan mendeteksi protein luar yang berbeda. Makrofag bahkan
memiliki kemampuan untuk mendeteksi sinyal yang dikirim oleh bakteri, yang
memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan ke tempat infeksi.
Tapi
pekerjaan makrofag tidak berhenti di situ. Setelah virus telah ditelan dan
dicerna, misalnya, makrofag menampilkan protein mengidentifikasi itu virus
tertentu. Sebuah pesan akan dikirim ke seluruh sistem kekebalan tubuh untuk
memanggil untuk produksi antibodi spesifik untuk virus tertentu. Sepasukan sel
tempur kemudian dikirim keluar untuk menghancurkan virus sebelum mereka dapat
melakukan lebih banyak kerusakan. Makrofag bahkan menyerang beberapa sel
kanker.
Selain itu,
seperti yang disebutkan sebelumnya, makrofag juga membersihkan puing-puing sel
mati dan ‘sampah lainnya’ yang mungkin tergeletak di sekitar. Bayangkan penyapu
jalan perlahan-lahan bergulir di jalan Anda. Setiap kotoran atau sampah yang
ada di trotoar tersapu dan ‘ditelan’ oleh truk. Hasilnya adalah jalan bebas
dari daun, kotoran, sampah, atau gangguan lainnya. Kita bisa membayangkan
makrofag dengan cara yang sama ketika membersihkan puing-puing sel.
Inflamasi
Radang atau inflamasi adalah reaksi
jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas yang berupa reaksi vascular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis
(Robbins & Kumar, 1994). Tujuan inflamasi yaitu untuk memperbaiki jaringan
yang rusak serta mempertahankan diri terhadap infeksi (Soesatyo, 2002).
Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham (rubor), panas (kalor), nyeri
(dolor), pembengkakan (tumor) (Soesatyo, 2002), dan function laesa (Chandrasoma
dan Tailor, 1995).
Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2
tahap :
a.
Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera
setelah adanya rangsang iritan. Pada tahap ini terjadi pelepasan plasma dan
komponen seluler darah ke dalam ruang-ruang jaringan ekstraseluler. Termasuk
didalamnya granulosit neutrofil yang melakukan pelahapan (fagositosis) untuk
membersihkan debris jaringan dan mikroba (Soesatyo, 2002).
b.
Inflamasi kronis
Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak
berhasil memperbaiki seluruh jaringan yang rusak kembali ke keadaan aslinya
atau jika perbaikan tidak dapat dilakukan sempurna (Ward, 1985).
Imunitas dan Alergi.
Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah
sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh
biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,
bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain
dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap
dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi
sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat
menginfeksi organisme. Untuk
selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi
yang menetralisir patogen. Bahkan
organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang
melindungi terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang
berevolusi pada eukariot kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman,
ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial
yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih
berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi
vertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein,
sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan
dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem
vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif.
Proses adaptasi membuat memori
imunologikal dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di
masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis
dari vaksinasi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk
melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang
menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang
aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi.
Defisiensi imun merupakan penyebab
dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau
diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun
dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun
menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan
tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid
arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting
imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari
penelitian.
ALERGI
Alergi merupakan
respons sistem imun yang tidak tepat dan kerap kali membahayakan terhadap
subtansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan
manifestasi cidera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan
antibody. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein yang
dikenal tubuh sebagai benda asing, maka akan terjadi serangkaian peristiwa
dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,
menghancurkannyaa kemudian membebaskan tubuh darinya. Kalau limfosit bereaksi
terhadap antigen, kerapkali antibody dihasilkan. Reaksi alergi umum akan
terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif
terhadap suatu subtansi yang normalnya tidak berbahaya (mis., debu, tepung sari
gulma). Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala
yang berkisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang dapat membawa hingga
kematian.
Sistem imun tersusun dari banyak sel serta organ dan subtansi yang disekresikan
oleh sel-sel organ ini. Pelbagai bagian dari sistem imun ini harus bekerjasama
untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu virus,
bakteri, subtansi asing lainnya) tanpa menghancurkan jaringan tubuh sendiri
lewat reaksi yang terlampau agresif.
Golongan
Darah
Sebelum
lahir, molekul protein yang di tentukan secara genetic disebut antigen muncul
di permukaan sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereksi dengan
antibody pasanagnnya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
a.
Karena reaksi antigen –antibodi menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan) sel darah merah, maka atigen disebut aglutinogen dan antibody
pasangannya disebut aglutinin.
b.
Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A maupun
tipe B, atau hanya mewarisi salah satunya atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi Golongan Darah ABO ditentukan
berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen (antigen tipe A dan B) yang ditemukan
pada permukaan eritrosit dan agglutinin (antibody), anti A dan anti B yang
ditemukan dalam plasma darah.
a.
Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan
agglutinin tipe B.
b.
Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan
aglutinin tipe A.
c.
Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan
tipe B, tetapi tidak mengandung agglutinin tipe A dan tipe B.
d.
Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi
mengandung agglutinin anti A dan anti B.
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfuse darah karena campura
darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.
a.
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO,
dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya
di letakkan pada sebuah slide mikroskop.
b.
Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari
darah golongan B) di teteskan pada salah satu tetes darah, sedangkan setetes
serum yang mengandung agglutinin anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada
tetes darah lainnya.
(1.)
Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
(2.)
Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B).
(3.)
Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan
aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan
darah AB).
(4.)
Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan
aglutinasi, maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen
(golongan darah O).
c.
Transfuse darah
(1.)
Saat transfuse darah diberikan, plasma donor akan
diencerkan oleh plasma recipient, sehingga agglutinin donor tidak dapat
menyebabkan aglutinasi.
(2.)
walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting
untuk transfuse jika golongan darah donor berbeda dengan golongan darah
resipien, maka agglutinin dalam plasma resipien akan mengaglutinasi sel darah
merah asing donor.
(3.)
Reaksi transfuse disebabkan oleh aglutinasi sel darah
merah donor.
·
Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh
gumpalan darah sel.
·
Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan
terlepasnya hemoglobin kedalam aliran darah.
·
Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap,
menutup tubulus dan mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.
(4.)
Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan
donor dilakukan sebelum pemberian transfuse untuk memastikan kecocokan darah.
(5.)
Konsep donor universal dan resipien universal
·
Donor universal darah golongan O tidak memiliki
aglutinogen untuk di aglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien manapun,
asalkan volume transfusinya sedikit.
·
Resipien universal individu dengan golongan darah AB
tidak memiliki agglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit
donor apapun.
Sistem Rh adalah kelompok antigen lain
dalam tubuh manusia. System ini ditemukan dan diberi nama berdasarkan rhesus
monyet. Antigen RhD dalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.
a.
Jika factor RhD ditemukan, individu yang memilikinya
disebuh Rh positif. Jika factor tersebut tidak ditemukan maka individunya
disebut Rh negative. Individu dengan Rh positif lebih banyak dibandingkan
dengan yang ber Rh negative.
b.
sistem ini berbeda dengan golongan ABO dimana individu
ber Rh negative tidak memiliki agglutinin anti Rh dalam plasmanya.
c.
Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber
Rh positif maka agglutinin anti Rh akan di produksi walaupun transfuse awal
biasanya tidak membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan
mengakibatkan aglutinasi sel darah merah donor.
d.
Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada
bayi baru lahir, dapat terjadi setelah kehamilan pertama ibu ber Rh negative dengan
janin ber Rh negative.
(1.) Pada saat
lahir ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu akan
membentuk antibody untuk menolak antigen tersebut.
(2.) Jika
antibody lawan factor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya, antibody
tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan
hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan
anemia.
(3.) Pencegahan.
Jika ibu ber Rh negative mendapat injeksi antibody berlawanan dengan factor Rh
positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah abortus
janin ber Rh positif maka antigen tidak akan terakfasi. Ibu tidak akan
memproduksi antibody lawannya.
Hemostatis dan Pembekuan Darah
Hemostasis
merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah
(koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein
plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada
hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera
sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis
dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1.
Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara
pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh
darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa
koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif
lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya
fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik
ataupun trombos.
2.
Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat
trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3.
Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau
trombos oleh plasmin.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan
darah melibatkan suatu rangkaian proses yang tepat.
1.
Vasokontriksi. Jika pembuluh darah terpotong,
trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin dan tromboksan A2
(prostaglandin) yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkintriksi
hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang.
2.
Plug trombosit
a.
Trombosit membengkak menjadi lengket, dan menempel
pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug
trombosit.
b.
Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi lain sehingga
melibatkan agregasi trombosit untuk memperkuat plug.
(1.)
Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug
trombosit mampu menghentikan pendarahan.
(2.)
Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat
mengurangi pendarahan, sampai proses pembekuan terbentuk.
3.
Pembentukkan pembekuan darah
a.
Mekanisme ekstrinsik. Pembekuan darah dimulai dari
factor eksternal pembuluh darah itu sendiri.
(1.)
Tromboplastin (membrane lipopprotein) yang di lepas
oleh sel-sel jaringan yang rusak mengaktivasi protrombin dengan bantuan ion
kalsium untuk membentuk thrombin.
(2.)
Thrombin mengubah pribrinogen yang dapat larut,
menjadi pibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang pibrin membentuk bekuan,
atau jarinagan-jaringan pibrin, yang menangkap sel darah yang memlalui pembuluh
yang rusak.
b.
Mekanisme intrinsic untuk pembentukan darah
berlangsung dalam cara yang lebih sederhana daripada cara yang dijelaskan
diatas. Mekanisme ini melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam
plasma darah. Setiap factor protein berada dalam kondisi tidak aktif :
jika salah satunya di aktivasi, maka aktifitas enzimatiknya akan mengaktivasi
factor selanjutnya dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian
reaksi untuk membuntuk bekuan.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembekuan Darah
13 Faktor Pembekuan Darah
Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat
molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin.
Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.
Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan
protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh
pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan.
Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal
dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru;
Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang
mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor
jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam
berbagai fase pembekuan darah.
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan
fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin
mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini,
sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang
disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin.
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu
bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik.
Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu
faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal
resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil
dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari
koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai
kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat,
penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic A.
Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari
pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia
B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik
jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan.
Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor
V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan
prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan
koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.
Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang
stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan,
itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga
faktor antihemophilic C.
Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai
jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor
ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor
koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi
stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin
yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini
memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar